Life in Hong Kong : Departure

Alhamdulillah, saya dapat kesempatan mengikuti program training yang diselenggarakan oleh kantor selama 6 bulan di HQ Hong Kong. Kalau boleh jujur, sebenarnya saya sama sekali tidak menyangka saya yang terpilih dari rangkaian seleksi yang cukup ketat. Jadi tentunya saya sangat bersyukur bisa mendapat kesempatan langka ini.

Namun menjelang berangkat saya sempat galau. Apa benar saya jadi berangkat? Secara sekarang kan lagi Covid.

Ternyata saya tetap berangkat di tengah pandemi ini. Alhasil saya mau nggak mau harus cari berbagai informasi, mulai dari penerbangan sampai kebijakan pemerintah Hong Kong terhadap para pendatang. Pun juga saya harus mulai cari tempat tinggal dan segala macamnya.

Awalnya saya cukup excited, tapi makin lama saya makin merasa lelah karena cukup ribet juga hal-hal yang harus disiapkan, apalagi yang terkait Covid ini.

Jadi, pemerintah Hong Kong mewajibkan seluruh pendatang untuk melakukan karantina atau isolasi mandiri di hotel selama 21 hari. Iya, 21 hari. Lama banget ya. Hotelnya juga tak sembarang hotel, hanya hotel-hotel yang ditunjuk oleh pemerintah yang boleh kita pilih.

Lalu juga tak semua orang boleh datang ke Hong Kong. Hanya orang-orang berKTP dan mempunyai visa Hong Kong yang boleh masuk. Untungnya saya sudah dapat visa training, jadi aman.

Lalu juga tentunya harus menyertakan hasil swab tes PCR maksimal 72 jam sebelum jam keberangkatan. Harus dalam berbahasa Inggris. Dan rumah sakit atau kliniknya harus yang menjadi rujukan pemerintah Indonesia. Ini yang sedikit ribet. Karena memang sejauh yang saya tahu hanya Hong Kong dan Jepang yang mengeluarkan persyaratan swab PCR ‘seribet’ ini.

Daan tibalah saat keberangkatan, tepat 2 hari setelah tahun baru. Waktu itu saya naik pesawat Garuda yang penumpangnya sangat sedikit, mungkin tidak ada setengahnya. Lumayan, beli tiket kelas ekonomi, rasa kelas bisnis hehe.

Begitu tiba di Hong Kong setelah sekitar 7 jam perjalanan, kami langsung diarahkan petugas di sana untuk mengisi form secara online. Isi formnya kurang lebih menanyakan maksud tujuan datang, tempat tinggal di Hong Kong, dan juga hotel tempat karantina.

Setelahnya kami diberi gelang karantina yang harus diaktifkan saat nanti sudah tiba di hotel. Fungsinya adalah untuk memberi peringatan kalau-kalau kita ‘nakal’ selama karantina dengan keluar dari kamar. Wah benar-benar ketat ya.

Kami juga diminta tes swab PCR di bandara dan harus menunggu hasilnya keluar selama kurang lebih 5 jam. Saya bosan sekali saat ini. Tempat menunggu kami ‘cuma’ kursi dan meja yang dibariskan seperti mau ujian. Kami juga dapat minum, snack, dan juga sandwich untuk pengganjal lapar. Dan ini kita boleh ambil berkali-kali sesuai kebutuhan.

Setelah 5 jam, petugas akan mendatangi kami satu per satu memberitahukan hasilnya dan kemudian kami boleh melanjutkan proses imigrasi sampai akhirnya kami diarahkan ke bis bandara yang akan mengantarkan ke hotel karantina. Selama perjalanan, saya benar-benar disuguhi pemandangan laut yang indah.

Untuk hotel karantinanya sendiri saya pilih di Dorsett Mong Kok. Begitu tiba di kamar, saya lihat segala macam keperluan selama 21 hari sudah disediakan, mulai dari beberapa handuk, sprei, air mineral, peralatan makan, pemanas air, alat mandi. Itu pun jika kurang kita boleh minta ke pihak hotel dan kemudian mereka akan mengantarkannya.

Buat yang belum kebayang proses karantinanya seperti apa, jadi selama 21 hari kita tidak boleh keluar kamar sama sekali. Bahkan kalau waktunya sarapan, petugas hotel hanya akan mengantarkan sampai ke depan kamar. Begitu juga kalau kita pesan makan online, makanannya hanya boleh diantarkan ke lobi kemudian petugas akan mengantarkan ke depan kamar kita. Bosan? Iya, bosen banget hahahaa. Tapi yaa mau gimana lagi. Untungnya kamar saya ada jendela besar yang bisa dibuka, jadi bisa merasakan udara segar. Koneksi internetnya juga sangat cepat jadi saya bisa nonton atau main game tanpa gangguan hehhee. Selain itu, saya juga masih harus WFH jadi lumayanlah sedikit ada kegiatan hehe.

Oiya, selama karantina sama sekali tidak ada room service, jadi kita mau nggak mau harus ganti sprei sendiri, cuci baju sendiri. Selain itu, karena saya cuma ambil kamar yang menawarkan sarapan saja, jadi setiap siang dan malam sayan masak, yaa walau masak simpel sih. Percaya nggak percaya, saya bawa rice cooker dan berbagai macam bahan makanan siap masak di rice cooker loh hehe.

Di hari ke 12 dan 19 karantina, akan ada petugas dari dinas kesehatan Hong Kong datang untuk melakukan tes swab PCR ke kita. Biasanya beberapa hari sebelum tes, mereka akan menelpon untuk memberitahu kita.

Dan tak terasa 21 hari pun lewat, akhirnya saya bisa keluar dan memulai petualangan saya di Hong Kong, yey!

Note :
Barangkali mau tahu soal kehidupan saya selama di Hong Kong, monggo bisa mampir ke highlight IG saya : https://www.instagram.com/stories/highlights/17889859558883037/