A Guide to Tokyo (and Japan)

Setelah kemarin saya share soal pengalaman saya ke Tokyo, saya mau coba share juga tips-tips buat temen-temen yang mau liburan ke Tokyo (terutama buat yang baru pertama kali), semoga bisa membantu ya ๐Ÿ™‚

Culture/Budaya

Saya ngerasain banget di Tokyo (dan juga di kota-kota lain di Jepang) budayanya cukup ‘berbeda’ dengan budaya di Indonesia. Jadi, sebagai wisatawan yang baik dan budiman, kita harus adaptasi sama budayanya mereka biar gak malu-maluin hehe.

  1. Orang Jepang itu sangat cinta kebersihan. Ga akan nemulah sampah sekecil apapun berserakan di jalan atau di selokan saking bersihnya. Makanya jangan sampai kita buang sampah sembarangan ya. Kalau misal lagi ngga nemu tempat sampah, ya simpen dulu aja di tas atau di saku. Mereka sebenci itu kalau lihat orang buang sampah sembarangan
  2. Masih berhubungan sama cinta kebersihan, kalau kita habis makan harus kita beresin makanannya sendiri, mau itu di kantin atau di restoran cepat saji macem KFC atau MCD gitu (walau ada beberapa cafe dan resto yang ngga gitu sih, ada pelayannya yang beresin). Intinya pas lagi makan, perhatiin aja orang sana kalau udah selesai makan apa ditinggalin aja apa mereka beresin. Kalau mereka beresin makanannya, berarti ya kita juga harus ikutin. Biasanya sih udah disediain ya tempat untuk balikin piring, alat makan plus tempat sampah buat buang sisa makanan atau sampahnya.
  3. Orang Jepang juga ga suka suasana yang berisik, sukanya itu yang hening tenang gitu. Ini kejadian waktu ke Tokyo kemarin, namanya wisatawan Indonesia kemana-mana suka heboh sendiri kan, dikit-dikit foto lah ngobrol lah apalah. Termasuk di kereta juga gitu. Nah ternyata kita ga boleh terlalu berisik karena dikira ngeganggu orang. Ngobrol sih ga masalah asal jangan terlalu berisik aja.
  4. Nah poin ini aku ngga tau sih termasuk budaya apa ngga, tapi aku baru nyadar kalau transaksi jual beli mereka (ceilah apa pula bahasanya) aga beda sama kita. Kalau kita mau bayar sesuatu kan kita langsung serahin uangnya ke yang jual. Kalau di sana, di tiap kasir pasti disediain papan kayu kecil (yang biasanya dipake buat nganterin bill) untuk tempat kita naro uang yang mau kita bayar. Kembaliannya juga nanti bakal ditaro disitu. Jadi jangan kaget ya.

Food

Alhamdulillah saya termasuk orang yang cocok dengan kuliner Jepang (meskipun memang aga kaget karena beberapa masakan Jepang yang saya coba kemarin rasanya masih aga hambar di lidah saya). Nah antisipasi mungkin yang lidahnya Indonesia banget mungkin bisa prepare bawa kecap, sambel, mayonaise, atau bubuk cabe buat makan hehe.

Oiya untuk temen-temen Muslim yang bingung mau cari makan dimana, sebenernya udah ada situs halalgourmet.jp yang menyediakan info tempat makan mana aja yang halal, jadi jangan khawatir

Untuk yang mau ngehemat makanan dengan jajan di sevel atau Family Mart juga jangan khawatir, beberapa toko udah pasang label halal di stand makanannya, jadi kita tau.

Lika-liku Perkeretaan Tokyo

Terus terang ke Tokyo ini saya bingung banget sama sistem perkeretaannya. Udah riset berkali-kali tetep aja bingung. Entah itu dari jenis tiketnya yang banyak banget sampe ke baca petanya juga saya bingung wkwk.

Oke kita bahas tiketnya dulu. Secara umum, tiket kereta di Tokyo terbagi jadi JR Pass, Suica, Pasmo, dan Tokyo Metro Pass. Banyak ya? Apa sih bedanya?

Kita bahas JR Pass dulu deh karena keliatannya banyak yang familiar dan sering bertanya apakah kalau ke Tokyo atau ke Jepang harus beli JR Pass? Fyi buat yang belum tau, JR Pass ini adalah semacam boarding pass yang bisa digunakan para wisatawan asing untuk keliling-keliling Jepang, ke kota apa pun itu. Jadi ngga perlu tiap stasiun beli-beli tiket lagi, enak kan? Jenis pass nya sendiri macam-macam, tergantung mau kemana tujuannya.

Tapi, setelah saya riset-riset, ternyata ga selamanya tiap ke Jepang harus beli JR Pass loh. Harus kita lihat dulu mau kemana aja selama di Jepang. Kalau waktu saya kemarin, karena saya cuma ke Tokyo ga mampir kota-kota lain kaya Osaka, Kyoto, Hokkaido dan lain-lain, jadinya saya ngga beli JR Pass. Kenapa? Karena JR Pass baru terasa keuntungannya kalau kita pakai untuk bener-bener jalan-jalan keliling Jepang, ngga cuma ke satu kota saja. Apalagi tiket JR Pass hitungannya cukup mahal dibandingkan pass yang lain, jadi sayang kalau udah mahal-mahal beli tapi cuma kepake di satu kota aja, mending sekalian pake keliling Jepang, ya ngga?

Selanjutnya kita lanjut ke Suica dan Pasmo. Dua-duanya bukan tiket sih sebenernya, mereka ini lebih ke arah e-moneynya orang Jepang. Sesuai namanya, selain bisa dipakai untuk naik kereta, bisa juga dipakai untuk jajan di toko seperti sevel atau Family Mart dan bisa dipakai juga untuk naik bis. Terus bedanya Suica sama Pasmo apa? Sebenernya sama aja, cuma beda perusahaan yang nerbitin dua kartu ini aja hehe.

Belinya dimana? Di vending machine stasiun ada kok. Kita tinggal pilih menu untuk beli kartunya. Waktu saya kemarin sih saya bayar 2,000 yen untuk beli kartu dan sudah include saldo 500 yen kalau tidak salah. Jangan khawatir soal vending machinenya, ada menu bahasa inggrisnya kok hehe.

Dan Tokyo Metro Pass. Apa pula ini? Ini aga mirip sama JR Pass tapi bedanya dia ini semacam boarding pass spesial bagi para wisatawan luar Tokyo untuk keliling area Tokyo di jalur kereta Tokyo Metro dan Toei (yes, jalur keretanya Tokyo banyak banget!). Ini cocok banget buat temen-temen yang memang mau keliling-keliling Tokyo, karena bisa menghemat pengeluaran tiket kereta. Jenis passnya ada tiga, yaitu 24 hr, 48 hr, dan 72 hr. Yap memang passnya ini dibagi berdasarkan durasi waktu mau berapa lama kita pakai passnya. Kemarin saya beli yang 24 h, artinya selama 24 jam (dihitung dari pertama kali saya pakai kartunya), saya bebas ke stasiun manapun (selama itu masih di area Tokyo dan di jalur Toei dan Tokyo Metro) tanpa perlu bolak-balik beli tiket. Enak kan?

Belinya dimana? Di bandara ada, di stasiun juga ada, cuma saya saranin beli di bandara aja karena ngga tau kenapa harganya malah lebih murah daripada beli di stasiun hehe. Saya beli yang 24hr di bandara dengan harga 800 yen. Teman saya beli di stasiun dengan harga 900 yen. Bisa begitu yaa…

Oiya tadi saya juga sempat singgung soal jalur kereta Tokyo yang banyak dan ribet. Bahkan teman saya pun mengakui dia masih suka bingung kadang-kadang harus naik kereta apa, jalur mana, saking ribetnya.

Tapi tenang saja, berkat mbah Google Maps, teman-teman tak perlu khawatir. Tinggal ikuti saja petunjuk dari Google Maps. Dia jelas banget ko harus naik kereta apa jalur mananya. Terus waktu di kereta juga bakal ada pengumuman ko tiap mau berhenti di stasiun, jadi kita bisa tau kapan kita udah sampai tujuan.

Travel

  1. Orang Jepang sangat terbiasa berjalan kaki dan naik kereta tiap mau kemana-mana. Saya aja jarang banget nemuin taksi. Grab atau Uber pun keliatannya ga pernah saya liat (malah lebih sering liat Grab Food atau Uber Eats). Jadi siap-siap saja jalan kaki yang lama ya hehe… pakai sepatu yang nyaman buat jalan jauh
  2. Sebelum ke Jepang lihat dulu di sana lagi musim apa jadi bisa persiapan harus bawa apa aja dan bajunya juga harus menyesuaikan. Waktu saya kesana sedang perantara musim gugur ke salju, jadi saya memang udah antisipasi bawa coat, bawa kaos lengan panjang heattechnya Uniqlo, sweater, kaos kaki, sama baju yang hangat. Tak lupa juga bawa pelembab baik buat muka, tangan, kaki, dan bibir. Pernah saya kelupaan ga pakai pelembab waktu mau tidur dan besoknya kulit bawah mata udah kering hampir ngelupas, hidung udah kering banget hampir berdarah dan bibir udah berdarah. Oiya saya sempat ga memperhitungkan di Tokyo lagi hujan waktu itu. Jadi saya harusnya pakai sepatu yang bahannya kulit atau anti air karena namanya hujan, becek, pasti basah.ย  Jadilah kemarin tiap hujan, sepatu saya kebasahan mulu.
  3. Jangan khawatir untuk cari tempat shalat, bisa langsung cek masjid-finder.jp untuk melihat musholla atau masjid mana yang terdekat dari posisi kita
  4. Orang Jepang rata-rata tidak terbiasa pakai bahasa Inggris, jadi mau ngga mau kita yang harus mengalah kalau mau tanya apa-apa pakai bahasa Jepang. Buat yang memang sama sekali buta bahasa Jepang, bisa coba pakai Google Translate. Buat teman-teman yang baru belajar sedikit-sedikit (kaya saya) jangan khawatir, mereka cukup mengerti ko dengan bahasa Jepangnya kita hehe. Lumayan kan kita bisa sambil praktek ngobrol disana.
  5. Satu lagi, saya paling suka sama toiletnya yang super canggih dan higienis.ย Canggih gimana? Ya canggih karena hampir di setiap toilet (kalau toilet di tempat umum kaya di taman gitu sih toiletnya biasa ya, toilet kering gitu) toiletnya ada tombol-tombol canggih yang tertempel di dinding.ย  Kegunaannya macam-macam, mulai dari membilas, flush, sampai mengeringkan dan menyalakan suara-suara seperti suara burung juga bisa lo. Kurang canggih apa coba. Jangan khawatir biasanya di tombolnya ada tulisan bahasa Inggrisnya juga. Tapi kalau emang ga ada, lihat aja gambarnya.
Slide23
Salah satu contoh tombol toilet. Ini di bandara Haneda

Mungkin segitu dulu kali ya. Kalau ada hal lain yang mau ditanya monggo bisa dikomen disini aja ๐Ÿ™‚