Dulu sempet pernah denger tagline dari suatu film yaitu “Careful for what you wish for”. Well, akhir-akhir ini saya baru nyadar kalo kalimat itu juga menjadi salah satu tagline dari kisah yang akan saya tulis sekarang.
Wishes. Permohonan. Setiap orang rasanya pasti punya permohonan yang ingin dikabulkan, begitu juga saya. Bisa dibilang, dari kecil hingga sekarang, saya punya super banyak sekali wishlist yang ingin saya wujudkan. Sengaja nulisnya agak hiperbola dikit karena emang sebanyak itu wishlistnya hehe.
Saking banyaknya wishlist ini, secara ga sadar saya suka kelompokin si wishlist ini, mana yang emang pengen banget diwujudin dan mana yang hanya sekedar keinginan belaka. Kalo suatu hari nanti terwujud ya syukur, ngga juga gak apa-apa.
Termasuk wishlist yang berhubungan dengan effort saya dalam mencari kerja, saya bagi dalam dua kelompok ini. Saya sempet punya keinginan bisa kerja di perusahaan yang mengedepankan kerja berbasis tim, tidak ada senioritas, menawarkan peluang bagi karyawannya untuk terus maju dan berkembang dengan memberikan fasilitas materi yang dishare lewat intranet perusahaan ataupun lewat training, punya sistem IT yang bagus, dipimpin oleh seorang leader yang mampu meng-encourage karyawannya,……..
……wah bisa gak selesai-selesai kalo dilanjutin haha. Barangkali ada yang nanya, emang ada ya perusahaan kaya gitu? Jawabannya ada, deskripsi yang saya tulis ini sebenarnya sudah diterapkan oleh beberapa perusahaan, salah satunya adalah perusahaan IT di Jepang yang bernama Nihon Unisys. Saya tau soal perusahaan ini karena kebetulan saya pernah pake studi kasus perusahaan mereka untuk tugas kuliah saya hehe. Kenapa dari sekian banyak perusahaan saya ambil Nihon Unisys? Karena dari annual report mereka yang saya baca, mereka pernah dinobatkan menjadi salah satu perusahaan ternyaman untuk bekerja di Jepang dan Asia. Makanya waktu saya baca si studi kasus dan annual report mereka, saya jadi kepengen kerja di sana….tapi ya karena kemungkinannya cukup kecil, jadi saya cuma bisa berharap saya bisa kerja di perusahaan lain tapi ga kalah keren sama Nihon Unisys ini.
Mungkin bakalan ada yang komen, ‘wah kamu tinggi banget yun standar cari kerjanya’. Well to be honest, awal-awal cari kerja, saya akui saya sangatlah idealis. Bisa dibilang saya terhitung ‘picky’ dalam memilih pekerjaan mana saja yang mau saya lamar. Seinget saya, waktu awal-awal saya cuma apply ke perusahaan ‘besar’ saja. Namun setelah 3 bulan belum nyantol-nyantol juga ditambah saya dan orangtua yang mulai ‘gelisah’ karena saya belum dapet-dapet kerja juga, akhirnya wish saya saat itu saya revisi menjadi sangat sederhana :
‘terserah deh mau kerja di mana dan jadi apa, yang penting track perusahaannya bagus, jenjang karier jelas, dan kerjaannya halal. aku mau cepet kerja biar bisa bahagiain orangtua’
Udah gitu aja. Jomplang banget kan sama wish yang sebelumnya? Yes, itu karena saya udah se hopeless itu huhu.
Dan mulailah Allah menguji saya. Yakin nih mau kerja di mana aja mau?
Jadilah yang waktu awal-awal jadwal tes kerja saya biasanya jauh-jauhan, sekarang jadi super padat. Dalam seminggu, bisa ada 3-4 jadwal tes kerja dan itu harus dilakukan di kota yang berbeda-beda.
Dulu pernah tuh, hari selasa pagi saya ada tes kerja di perusahaan A di Bandung, terus siangnya saya naik travel ke Depok. Di perjalanan ke Depok, saya diemail sama perusahaan B buat ngerjain psikotes online yang harus dikerjain maksimal malam itu juga. Eh baru beres baca emailnya, ada email masuk lagi dari perusahaan C buat ngasihtahu kalo hari sabtu ada tes di Bandung. Nah, besok paginya, tepatnya hari Rabu, saya ada tes kerja di perusahaan D di Depok dan ini tesnya sifatnya langsung diumumkan hari itu juga lanjut atau nggaknya. Sambil nunggu pengumuman, saya ditelpon sama perusahaan E buat dateng interview hari jumat bada jumatan di Jakarta. Nah terus ternyata pas pengumuman saya dinyatakan lolos ke tahap berikutnya, jadilah hari kamis saya ikut tes lanjutannya perusahaan D (masih di Depok) dan langsung cus ke Jakarta naik gocar. Besok jumatnya, saya dateng ke perusahaan E buat interview dan langsung ngejar travel ke Bandung pas maghrib-maghrib gitu. Belum juga capeknya ilang, sabtunya harus tes lagi di perusahaan C. Hari minggunya, rencananya pengen leha-leha dulu, tiba-tiba di sms sama perusahaan F disuruh dateng tes di Bandung hari selasa siang.
Padet kan? Padahal ini baru sepotong cerita dari entah berapa banyak minggu padat yang full diisi sama jadwal tes kerja hehehee.
Cape ga? Cape banget pasti, apalagi tes kerjanya tempatnya jauh-jauhan. Gara-gara itu juga, saya sempat terbersit pikiran ‘Ya Allah, aku cape, istirahat dulu boleh ya?’. Maksud saya waktu itu, saya pengen dikasih jeda yaa 2-3 hari lah paling cepet, habis itu gapapa hajar tes kerja seminggu full.
Dan Allah memang mengabulkan permintaan saya itu, bahkan Allah memberi saya waktu jeda sebulan. Iya sebulan! Selama sebulan setelah minggu-minggu padat yang saya lalui, saya sama sekali ga dapat panggilan tes kerja apapun!
Di situlah saya tiba-tiba keingetan tagline ‘Careful for what you wish for’ Well, tagline ini memang benar adanya.
Sebulan kosong itu saya pakai untuk evaluasi apa yang salah pada saya. Dari entah sekian banyak tes kerja yang saya lakukan, saya belum pernah tembus sampai tahap interview akhir. Saya coba untuk belajar dan baca-baca soal tes kerja, barangkali bisa membantu saya untuk bisa tes kerja dengan lebih baik. Saya juga perbanyak doa dan ibadah saya, kali ini setiap doa saya selalu memohon pada Allah agar selalu ditempatkan di tempat terbaik. Saya juga coba mengkomunikasikan kembali rencana kerja saya dengan orangtua, barangkali orangtua saya ga ridho dengan usaha saya. Dan ternyata ibu saya sempat ‘ga ridho’ kalau saya cari kerja di luar Bandung. Tapi setelah kami berdiskusi (baca : ‘berantem’ dan perang dingin 2 hari, jangan ditiru ya plis) akhirnya ibu saya benar-benar meridhoi saya untuk tes kerja dimana pun itu.
Percaya nggak percaya, setelah satu bulan break tadi, undangan tes kerja kembali berdatangan, dan kali ini pun tesnya terus berlanjut hingga tahap akhir, tidak berhenti di tengah seperti yang lalu-lalu. Dan itu ga hanya di satu perusahaan saja, tapi tiga.
Saya tak pernah berhenti untuk bersyukur sekaligus berdoa meminta petunjuk pada Allah untuk dilancarkan dan ditempatkan di tempat terbaik. Tentu saja dari tiga perusahaan ini, saya juga sudah punya preferensi sendiri mana yang sebenernya paling saya inginkan. Maka saya sampaikan saja dalam doa saya, jika memang pilihan saya adalah yang terbaik maka saya minta untuk didekatkan, namun jika sebaliknya saya minta agar diberikan ganti yang jauh lebih baik.
Saya sempat galau ketika salah satu dari mereka sudah menerima saya. Waktu itu yang duluan menerima saya memang bukan perusahaan yang saya prioritaskan karena memang kebetulan dia menerima saya untuk program internship selama satu tahun, bukan langsung kerja. Rasa-rasanya ingin langsung saya tolak karena waktu itu saya pikir ada backup dua perusahaan lagi, tapi bagaimana kalau ternyata dua perusahaan ini tidak menerima saya?
Namun setelah memantapkan hati, saya memutuskan untuk menolak tawaran perusahaan ini. Saya ingat sekali setelah saya memutuskan untuk menolak, saya langsung nangis dan bilang ‘Ya Allah tolong aku Ya Allah’ entah berapa kali. Saking takutnya kalau dua perusahaan lainnya tidak menerima saya.
Percayalah, Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui setiap usaha hambaNya. Dua hari berselang, saya dapat email dari salah satu dari dua perusahaan ini yang menyatakan saya diterima. Dan tahukan teman-teman, perusahaan yang menerima saya ini adalah perusahaan yang namanya sudah saya selipkan dalam doa saya. Masya Allah Allahu Akbar.
Dan Allah memang tak pernah berhenti membuat saya semakin bersyukur atas segala nikmat yang ada, beberapa hari setelah saya masuk kerja dan memahami suasana kerja di perusahaan tersebut, saya jadi teringat wishlist yang sudah lama sekali saya lupakan
‘Saya ingin kerja di perusahaan Nihon Unisys atau di perusahaan yang gak kalah keren dari Nihon Unisys’
Ya, selama masa pengenalan saya di tempat kerja saya sekarang, ketika saya melihat setiap aspek yang ada, mulai dari hubungan antar rekan kerja, sistem IT, materi-materi yang dishare lewat email dan intranet, adanya program training karyawan ke luar negeri, manajernya yang act like a real leader, semuanya rasanya seperti deskripsi tempat kerja impian saya. Ya, mirip seperti Nihon Unisys.
Alhamdulillah.
Inti dari cerita ini adalah, jangan pernah takut untuk punya keinginan yang ingin diwujudkan, selama hal itu sifatnya baik. Dan jangan pernah malu dan ragu untuk mengungkapkan keinginan kita lewat doa. Dan yang terpenting, jangan pernah ngerasa capek untuk berusaha ngewujudin keinginan itu.
Karena di dunia ini nggak ada yang nggak mungkin, kalau memang sudah rejeki kita, ga akan kemana 🙂
.
Maaf ya kalau jadi panjang banget ceritanya, padahal ini ngetiknya udah setengah ngantuk hahahaa.
NB. Fyi jika ada yang nanya nasib beasiswa lpdp saya gimana, saya lanjut sampai tahap akhir yaitu wawancara dan focus group discussion. Tapi karena saya udah keterima kerja, saya putuskan untuk mengundurkan diri. Biarlah posisi saya diambil teman-teman lain yang lebih butuh beasiswa lpdp daripada saya 🙂