DKM Nurul Khomsah : Sebuah ‘Rumah’ untuk Kembali Pulang

“…I’m done. So I think it’s best for me to just quit. But, I’ll still coming back to give every single things that I have to them and hope they can achieve something greater than mine” 

DKM Nurul Khomsah adalah suatu ekskul keagamaan yang saya ikuti semasa SMA. Jujur, tadinya saya betul-betul tidak mau tergabung dalam kegiatan keagamaan apa pun selama SMA, inginnya sih ya ikut ekskul yang lain saja lah. Tapi, ternyata takdir berkata lain, saya pun akhirnya ‘terjebak’ di sini.

Entah ada hal apa yang bisa membuat saya akhirnya malah merasa betah dan begitu diterima di ekskul ini. Tapi satu yang pasti, di luar semangat tinggi yang ditularkan teman-teman lain agar dapat berubah menjadi pribadi yang lebih baik dan semakin dekat dengan Sang Pencipta ataupun kegiatan-kegiatannya yang menyenangkan namun tetap penuh makna, ikatan kekeluargaan yang terjalin di DKM Nurul Khomsah ini yang akhirnya membuat saya semakin jatuh cinta.

Betapa tidak, berbeda dengan ekskul-ekskul lain di SMA saya yang (sebagian besar) menerapkan senioritas tinggi pada anak-anak baru, di sini kami betul-betul diterima dengan sepenuh hati dengan para kakak kelas yang memperlakukan kami bagai adik sendiri. Tidak hanya kakak kelas, para kakak yang sudah menjadi alumni dan kini sedang berjuang di bangku perkuliahan ataupun sudah berkarier tetap kembali ke sekolah setiap seminggu sekali menjadi mentor kami. Para guru agama juga sangat dekat dengan kami, bahkan hampir selalu mengundang kami ke rumah mereka saat libur lebaran untuk bersilaturahmi. Ya, kekeluargaan di sini memang sangat terasa dan sejauh ini saya baru kali ini menemukan ikatan kekeluargaan yang begitu erat seperti itu.

Karena ikatan kekeluargaan itulah akhirnya saya bertahan di sini dan bertahan sampai akhir. Bahkan bisa dibilang saya terlibat aktif hampir di setiap kegiatan yang ada. Barangkali rasa kekeluargaan itu membuat saya merasa DKM Nurul Khomsah itu seperti ‘rumah’, sehingga saya akan selalu merasa nyaman di sana.

Ketika saya lulus SMA, tadinya saya ingin ‘lepas’ dan fokus di kampus saja. Namun, kakak alumni ternyata secara ‘sengaja’ menempatkan saya sebagai mentor untuk adik-adik saya tanpa meminta pendapat saya terlebih dulu. Ya, apa boleh buat? Pikir saya, jalani saja dulu barang setahun-dua tahun. Nanti kalau sudah tingkat 3, saya ingin fokus kuliah dan berkegiatan di kampus saja.

Tapi, pada akhirnya, saya tetap bertahan hingga detik ini, meskipun teman-teman mentor lainnya sudah banyak yang ‘menghilang’ entah kemana dengan alasan ingin berkegiatan di kampus atau mau fokus akademik. Sepertinya mereka lupa kalau saya juga ingin melakukan hal yang sama dengan mereka.

Kalau dipikir-pikir sudah berapa kali saya sempat terpikir untuk berhenti. Tapi, entah kenapa rasanya ada yang salah kalau saya tidak kembali ‘pulang’ dan mengabdi kembali. Sampai akhirnya saya secara tak sengaja menemukan suatu kutipan yang akhirnya memberikan jawaban yang jelas :

“…I’m done. So I think it’s best for me to just quit. But, I’ll still coming back to give every single things that I have to them and hope they can achieve something greater than mine” 

Ya, alasan mengapa saya tetap kembali adalah karena saya ingin memberikan segala yang saya punya pada adik-adik saya agar mereka bisa menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari saya, mencapai sesuatu yang jauh lebih baik dari saya, dan yang terpenting mereka tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dengan saya.

Alasan lain, dengan kembali, saya bisa merasakan suatu ‘energi’ yang saya tak tahu apa namanya yang tak bisa saya temukan di tempat lain. Ketika saya menemui adik-adik untuk mentoring, rasanya segala rasa lelah yang ada langsung menguap begitu saja ketika melihat wajah ceria yang selalu ada saat adik-adik menyambut kedatangan saya. Wajah-wajah ingin tahu dari mereka yang menanti kisah baru yang akan saya bagikan di sesi mentoring. Wajah-wajah antusias ketika mereka menceritakan kejadian menarik di sekolah maupun selama berkegiatan di DKM Nurul Khomsah. Wajah malu-malu saat mereka memulai sesi curhat karena takut ada yang mendengar. Ya…yang seperti itulah.

Dan yang membuat saya merasa selalu ingin kembali adalah, dari mereka saya juga bisa belajar banyak hal, entah itu dari semangat mereka yang jauh lebih tinggi dari saya untuk belajar ilmu agama ataupun amalan-amalan mereka yang sungguh membuat saya malu karena saya masih kalah sama mereka.

Barangkali itu jugalah alasan para kakak alumni yang masih aktif di sekolah meskipun saya tahu mereka pasti memiliki banyak kesibukan di luar. Barangkali hal itulah yang akhirnya selalu menarik kami untuk kembali pulang ke ‘rumah’ kami, DKM Nurul Khomsah.