[Diary Haji] Day 30 : Jalan-Jalan ke Jeddah

(Hanya sekedar ingin berbagi pengalaman saat menunaikan ibadah haji)  

Note : Maaf baru bisa nulis lagi, begitu masuk kuliah langsung disambut hujan ujian, tugas dan semacamnya hehe. Silakan dishare, tapi tolong jangan lupa cantumkan sumbernya yaa terima kasih 🙂  


[Diary Haji] Day 30 : Jalan-Jalan ke Jeddah

Bandung, 9 Desember 2015

Assalamualaikum
Halo, saya Yunda, 19 tahun, tinggal di Bandung. Alhamdulillah saya dan keluarga saya bisa menunaikan ibadah haji tahun ini, Insya Allah. Doakan kami jadi haji mabrur ya 🙂

Waa….maaf baru bisa nulis lagi. Makanya mumpung sekarang lagi libur, jadi mau dituntasin ceritanya hari ini juga hahaha.

Sengaja saya lompat ceritanya langsung ke day 30 karena memang nggak ada agenda yang begitu penting di day sebelumnya.

Oke.. jadi sebenernya acara jalan-jalan ke Jeddah ini bukan program wajib, cuma buat yang tertarik ikut aja. Bimbingan haji saya sih memberikan biaya sebesar 40 real (IDR 160 K kalo rupiahnya masih 4K) per orang, lumayan kan.

Akhirnya kami pun berangkat dengan bis. Perjalanan dari Mekkah ke Jeddah ternyata tidak begitu jauh, hanya sekitar 2 jam saja. Begitu sampai kami langsung disambut dengan dekorasi-dekorasi taman yang sangat menakjubkan, salah satunya adalah patung berbentuk guci minuman yang saya foto itu. Lalu ada juga hiasan sepeda yang sangat besar dan sering dinamai wisatawan Indonesia sebagai ‘sepeda Nabi Adam’

20151001_135806
Guci Raksasa
20151001_151532
“Sepeda Nabi Adam”

Destinasi pertama adalah Masjid Terapung di Laut Hitam. Kenapa dikasih nama Masjid Terapung karena kalau lautnya lagi pasang, maka seolah-olah masjidnya terapung di atas laut.

Jangan dibayangkan laut ini warnannya bener-bener hitam ya, nggak kok warnanya biru seperti laut lainnya. Dan yang paling saya ingat ketika ke sini adalah suasananya yang sebenarnya tidak jauh berbeda kalau kita ke Pelabuhan Ratu di Sukabumi hehe. Apalagi waktu saya ke sana isinya orang Indonesia, bahkan yang jualan juga orang Madura, yang dijualinnya juga cilok dan es campur. Wah wah..ini sebenernya di Arab apa Indonesia ya?

20151001_155633
Masjid Terapung

Oke, lanjut ke destinasi selanjutnya, yaitu ke masjid Qisas. Di dekat masjid ini adalah tempat diadakannya hukuman qisas bagi para tersangka dalam kasus kejahatan berat. Kalau dia melakukan pencurian maka hukumannya itu potong tangan, kalau dia telah membunuh berarti dia juga harus dibunuh dengan dipenggal kepala langsung oleh algojo dengan pedang. Hii…seram ya. Nah jenazah tadi akan dishalatkan di masjid ini. Oiya proses berlangsungnya hukuman ini boleh ditonton khalayak umum bahkan kata pembimbing saya, biasanya sebelum eksekusi dimulai akan dikabarkan dulu lewat surat kabar.

20151001_170343
Masjid Qisas

Tak jauh dari masjid Qisas ada makam Siti Hawa. Makamnya memang sederhana, tidak ada batu nisan dan semacamnya, hanya sepetak tanah yang terlindung oleh dinding-dinding yang mengitarinya. KAmi sendiri memang tidak masuk ke sana, hanya lewat saja.

20151001_171237
Makam Siti Hawa

Nah, saatnya ke tempat yang paiing ditunggu ibu-ibu, yap tempat belanja! Di Jeddah sendiri sudah terkenal toko oleh-oleh yang biasanya didatangi jemaah Indonesia namanya Toko Ali Murah. Begitu sampai sana, saya langsung kaget melihat papan namanya yang bertuliskan ‘Wilujeng sumping -selamat datang dalam bahasa sunda’. Banyak sekali memang oleh-oleh khas yang dijual di sana. Harganya pun lumayan lah..bisa nego hehe. Oiya katanya pemilik toko ini memang orang Indonesia, tapi pegawainya memang banyak orang Arab yang jago berbahasa daerah, mau sunda, jawa, batak, pokoknya semuanya bisa.

20151001_173308
Toko Ali Murah

Di dekat sana juga ada mall, namanya mall Corniche. Suasana mallnya sedikit mirip dengan Bandung Trade Centre (BTC). Oiya saya lupa cerita, di Jeddah ini penduduknya tidak hanya orang Muslim saja, tapi ada non Muslim juga. Tapi hebatnya orang non Muslim juga sangat menjaga penampilannya. Mereka tetap berpakaian serba tertutup dan memakai jubah, hanya yang membedakan, mereka tidak pakai kerudung.

Dan…akhirnya kami pun mengakhiri perjalanan ke Jeddah ini dengan melihat air mancur yang tingginya sekitar 600 meter. Saya sempat berpikir kalau air mancur ini akan menari-nari, tapi ternyata tidak. Maaf juga saya tidak ambil fotonya karena memang kami hanya lewat saja, dan jarak air mancur itu kebetulan sangat jauh dari bis kami, jadi kamera saya tidak bisa memotonya dengan jelas.

Originally posted on my tumblr, arahmadini.tumblr.com