(Hanya sekedar ingin berbagi pengalaman saat menunaikan ibadah haji)
Note : Mohon maaf bila terdapat banyak typo karena saya mengetik tulisan ini dengan handphone, bukan laptop. Silakan dishare, tapi tolong jangan lupa cantumkan sumbernya yaa terima kasih 🙂
[Diary Haji] Day 24-1 : Episode Armina – Kabar Duka (lagi) dari Mina
Mekkah, 3 Oktober 2015
Assalamualaikum
Halo, saya Yunda, 19 tahun, tinggal di Bandung. Alhamdulillah saya dan keluarga saya bisa menunaikan ibadah haji tahun ini, Insya Allah. Doakan kami jadi haji mabrur ya 🙂
Sebelumnya saya mau minta maaf lagi karena lama update. Selain memang wifi di sini super lelet, saya masih recovery karena sejak pulang armina saya kena batuk flu dan belum sembuh 100%.
Mungkin teman-teman sudah dengar soal tragedi yang kembali terjadi saat haji kemarin tepatnya di Mina yang korbannya mencapai 1000 jiwa, lebih banyak dari korban crane Mekkah kemarin. Terlepas dari berita apakah kejadian ini disabotase atau memang pure musibah alami, mari sama-sama berdoa terutama untuk jamaah Indonesia semoga yang meninggal amal ibadahnya diterima Allah dan dosanya diampuni, serta yang masih dalam pencarian semoga segera ditemukan dalam kondisi terbaik menurut Allah, aamiin.
Beberapa teman banyak yang menanyakan saya tentang apa yang sebenaenya terjadi kali ini. Jadi sengaja untuk day 24 ini saya bikin ceritanya jadi 2 bagian dan bagian pertama ini, saya akan cerita tentang kejadian Mina yang saya dengar dari saksi mata langsung. Kalau saya ada salah, tolong dikasih tahu ya, ini pure dari yang saya dengar.
Cerita ini saya dapat dari tki yang juga sedang berhaji, sebut saja namanya Fulan, yang saya dan teman seregu saya temui di perjalanan pulang lempar jumrah.
Menurut Fulan, tragedi Mina ini ternyata tidak terjadi di terowongan yang selama ini menjadi titik kritis di Mina sejak lama. Tragedi Mina ini justru terjadi di jalan raya besar menuju tempat lempar jumroh seperti di foto yang saya ambil. Jalan raya ini sendiri diapit oleh pagar pembatas dan tenda-tenda yang banyak dihuni orang Arab, itu sebabnya yang korbannya banyak berasal dari orang Arab, meskipun memang ada jamaah Indonesia juga yang lewat jalur ini meskipun sebenarnya Indonesia sudah punya jalur sendiri.
Kira-kira kejadiannya terjadi sekitar jam 9 pagi, saat banyak orang ramai-ramai berjalan menuju jamarat, tempat melempar jumrah. Kenapa jam 9? Karena jam 9 itu masih masuk waktu dhuha yang menurut Rasul merupakan waktu afdahl untuk melempar jumrah pertama. Selain itu juga, rata-rata orang baru tiba dari Muzdalifah ke Mina sekitar jam 8, jadi setelah istirahat dan sarapan, mereka pun pergi jam 9.
Di tengah jalan yang padat begitu dan dengan kondisi fisik yang sudah lelah, suhu panas 43 derajat celcius juga menerpa, sehingga tak heran kalau semua orang ingin segera sampai di tempat melempar jumroh secepat mungkin.
Dengan kondisi seperti itu, menurut Fulan, dari kerumunan tersebut ada salah seorang yang jatuh pingsan. Ketika orang sekitarnya berusaha menolong, orang-orang yang di belakangnya jelas melihat ada ‘rongga’ di depan sehingga mereka yang sudah tak tahab dengan cuaca panas itu akhirnya mendesak ke depan, yang menyebabkan orang yang pingsan dan yang menolongnya tadi terinjak-injak. Ada juga yang sudah mendesak ke depan lalu tersandung orang yang keinjak, jatuh, ikut terinjak juga. Masya Allah.
Fulan sendiri dan beberapa orang Indonesia juga semlat ikut terinjak, tetapi alhamdulillah orang Indonesia banyak yang posisinya di pinggir jalan untuk menghindari orang-orang Arab yang banyak di jalan tengah, sehingga ia langsung lari ke pinggir jalan, naik ke pagar pembatas, memanjat tenda yang ada di pinggir jalan. Ada juga kata Fulan yang sudah aman manjat tenda, tapi karena tendanya agak licin karena terbuat dari terpal, dia terpeleset, jatuh ke jalan, ikut terinjak juga, Ya Allah.
Menurut Fulan lagi, sebagian orang Indonesia ada yang diamankan askar ke jalur lain, dan inilah asal muasal kenapa di berita kita masih lihat tulisan jamaah Indonesia yang belum ditemukan karena begitu mereka aman, mereka tidak tahu jalan pulang. Kita doakan mudah-mudahan yang masih tersesat ini segera bisa ditemukan, aamiin.
Ada sekitar satu jam Fulan bertahan di atas tenda sebelum akhirnya bisa turun, kembali ke tendanya dan bertemu kami untuk mencerotakan ini. Dan sejak kejadian itu, perasaan saya selalu was-was, apalagi mendengar suara ambulans dan helikopter yang mengevakuasi korban tak henti-henti.
-to be continued-
Originally posted on my tumblr, arahmadini.tumblr.com