(Hanya sekedar ingin berbagi pengalaman saat menunaikan ibadah haji)
Note : Mohon maaf bila terdapat banyak typo karena saya mengetik tulisan ini dengan handphone, bukan laptop. Silakan dishare, tapi tolong jangan lupa cantumkan sumbernya yaa terima kasih 🙂
[Diary Haji] Day 21-22 : Episode Armina – Tarwiyah
Mekkah, 30 September 2015
Assalamualaikum
Halo, saya Yunda, 19 tahun, tinggal di Bandung. Alhamdulillah saya dan keluarga saya bisa menunaikan ibadah haji tahun ini, Insya Allah. Doakan kami jadi haji mabrur ya 🙂
Maaf sekali baru bisa nulis lagi hari ini, kalo boleh jujur begitu balik dari kemaren Armina (Arafah-Muzdalifah-Mina) rasanya cuapek sekali sampai agak flu dan demam ditambah ternyata banyak deadline tugas kuliah yang harus dikejar jadi akhirnya begitu sekarang udah agak nyantai bisa nulis lagi.
Oke, here we go.
Senin tanggal 21 September malam sekitar jam 7 kami berangkat dari hotel untuk melakukan tarwiyah di Mina. Tidak semua jamaah haji melakukan ini, tetapi setahu saya hal ini disunnahkan. Tarwiyah ini tujuannya adalah bermalam di Mina sekaligus berdiam diri sambil berdzikir, ngaji, dan melakukan ibadah sambil menunggu hari arafah pada 9 dzulhijjah atau Rabu 23 September.Oiya saat berangkat kami harus berpakaian ihram dan niat untuk haji.
Perjalanannya cukup lama karena lumayan macet, kami sampai di tenda tempat kami bermalam sekitar jam setengah sepuluh. Tendanya sendiri ukurannya lebih besar dari perkiraan saya. Atapnya bentuk kerucut dan semua dinding tenda terbuat dari terpal putih tebal yang sifatnya permanen meskipun hanya dipakai setahun sekali. Antar tenda laki-laki dan perempuan dibatasi terpal juga yang bisa dinaik-turunkan. Alasnya yang berupa pasir (Mina itu aslinya padang pasir ya kalo ga salah) dialasi karpet tebal yang sedikit berdebu dan kotor, mungkin karena cuma dipakai setahun sekali jadi ga dicuci ya. Oiya ada pendingin juga walaupun ga pake freon tapi alhamdulillah lumayan lah ya. Karena ngantuk, begitu sampai, setelah mendengar pengarahan singkat saya langsung menggelar tikar yang saya bawa untuk melapisi karpet dan tidur.
Keesokan harinya saya bangun jam 3 untuk tahajud, tapi ketua rombongan saya bilang kalau sedang shafar dan menjalankan puncak haji, tidak ada tahajud dan shalat sunnah lain kecuali witir dan qabla shubuh. Akhirnya saya pun langsung shalat witir dan menunggu shubuh.
Pagi-pagi ayah saya mendatangi tenda saya mengajak melakukan ritual pagi alias ngeteh dan ngopi. Katanya ada yang jualan di depan kawasan tenda dan begitu saya jalan ke depan wah ternyata memang benar banyak yang berjejer membuka warung tenda, ada yang jual popmie, kopi, teh susu, aqua, berbagai minuman dingin (di sini yang paling tren itu pepsi sama 7up, ga ada cocacola), ada juga yang jual nasi turki, atau toko oleh-oleh yang jual tasbih, daster, dan lainnya.
Begitu siang, wah ternyata saat saya cek ramalan cuaca katanya suhunya 41 derajat dan ternyata pendingin tendanya tidak berjalan sesuai yang diperkirakan. Paling enak sebenarnya mandi, mumpung kamar mandi masih kosong belum ada antrian yang berarti karena sedikit rombongan yang tarwiyah, tapi airnya itu juga anget, mana saya cuma bawa baju ganti satu untuk empat harian jadi ya sudahlah, sambil semprot muka pake spray dan kipas-kipas juga cukup kok hehe.
Allah sangatlah pengertian pada kami, ketika di siang hari panas, di malam hari kami diberi hujan, pake angin lagi. Rasanya langsung adem kaya hujan di Indonesia hehe. Saya pun langsung tidur dengan nyenyak, mempersiapkan diri untuk besok ke Arafah.
-to be continued-
Originally posted on my tumblr, arahmadini.tumblr.com