(Hanya sekedar ingin berbagi pengalaman saat menunaikan ibadah haji)
Note : Mohon maaf bila terdapat banyak typo karena saya mengetik tulisan ini dengan handphone, bukan laptop. Silakan dishare, tapi tolong jangan lupa cantumkan sumbernya yaa terima kasih 🙂
[Diary Haji] Day 16 : Hunger Games
Mekkah, 16 September 2015
Assalamualaikum
Halo, saya Yunda, 19 tahun, tinggal di Bandung. Alhamdulillah saya dan keluarga saya bisa menunaikan ibadah haji tahun ini, Insya Allah. Doakan kami jadi haji mabrur ya 🙂
Tidak seperti di Madinah yang mendapat jatah makan dan minum tiga kali sehari, di Mekkah ini kami hanya dapat jatah makan satu kali saja yaitu saat siang, itu pun hanya sampai H-7 wukuf. H-7 wukuf kami sudah tidak dapat makan, tetapi untuk minum pihak hotel masih menyediakan air zam-zam di setiap lantai kamar.
Terus makannya gimana? Nah, makannya sih bebas mau beli atau masak. Kebetulan pihak hotel sudah menyiapkan dapur di tiap kamar dan kami juga sudah diwanti-wanti untuk bawa beras dan berbagai bahan makanan yang tahan lama seperti kering tempe, serundeng, mustofa, dan lain-lain dari Indonesia. Untuk bahan masak lain seperti lauk-pauk dan sayuran, di sini banyak kok yang jual, saya saja waktu itu bisa kok masak sayur sop sama bala-bala hehe.
Untuk penggorengan dan rice cooker sendiri memang harus beli di sini (banyak yang jual) cari saja yang murah, dan bayarnya patungan dengan teman segrup. Nanti kalau pulang ke Indonesia ya tinggal ditinggal saja.
Oke masalah makan clear. Berarti seharusnya hidup aman tentram saja kan selama menunggu wukuf? Tapi benarkah begitu?
Ternyata tidak.
Sejak tiga hari lalu, pihak hotel hanya menyediakan minum satu galon per satu lantai per hari. Mending kalo satu lantai cuma sedikit orangnya, satu lantai itu bisa dihuni sekitar 80 orang, memangnya cukup satu galon untuk orang sebanyak itu? Dan lagi kita jelas butuh minum banyak, jadi pasti ngambil minumnya ga cuma satu-dua botol ukuran biasa kan?
Dan sejak saat itu, hunger games memperebutkan air minum pun dimulai.
Kami tak pernah tahu kapan galon itu ada di tempatnya alias di dispenser dekat lift. Jadi begitu kita lihat galonnya ada, pasti langsung buru-buru ambil botol dan ngantri ambil air. Kebayang kan satu dispenser dirubung 80 orang gimana?
Kali pertama hunger games, saya bisa dapat dua botol besar karena pada saat itu lagi sepi, tidak ada orang yang tahu. Hunger games berikutnya, boro-boro dapet, saya lari kesana udah abis 🙂
Apakah saya jadi nggak minum? Ya nggak, akhirnya saya terpaksa beli galon kecil di toko sebelah, 5 liter harganya 16 real alias IDR 64 K, ya lumayan juga tapi mau bagaimana lagi. Makanya ayah saya biasanya kalau ke masjidil haram suka bawa botol banyak untuk diisi ulang air zam-zam.
Ya, beginilah hunger games di sini, memang beda ya sama hunger gamesnya Katniss dan Peeta hehe. Mungkin harusnya namanya bukan Hunger Games kali ya, tapi Thirsty Games ehe. Saya sudah nyerah aja deh, kasihan ke yang lain terutama yang sepuh-sepuh, mereka jauh lebih butuh dari saya 🙂
Originally posted on my tumblr, arahmadini.tumblr.com