[Diary Haji] Day 3 : Sehari di Masjid Nabawi 2

(Hanya sekedar ingin berbagi pengalaman saat menunaikan ibadah haji)

Note : Mohon maaf bila terdapat banyak typo karena saya mengetik tulisan ini dengan handphone, bukan laptop. Silakan dishare, tapi tolong jangan lupa cantumkan sumbernya yaa terima kasih 🙂


[Diary Haji] Day 3 : Sehari di Masjid Nabawi 2

Madinah, 3 September 2015

Assalamualaikum

Halo, saya Yunda, 19 tahun, tinggal di Bandung. Alhamdulillah saya dan keluarga saya bisa menunaikan ibadah haji tahun ini, Insya Allah. Doakan kami jadi haji mabrur ya 🙂

Pagi ini usai shalat shubuh, kami langsung bergegas menuju meeting point yang telah ditentukan. Hari ini rencananya kami akan diajak berkeliling ke daerah di sekitar Masjid Nabawi.

Sebelum kami memulai jalan-jalan santai, kami melihat dulu proses terbukanya payung-payung besar di masjid Nabawi ini. Fyi, karena suhu panas di sini cukup ekstrem, pada tahun 2000an (saya lupa persisnya tahun berapa) akhirnya pemerintah memutuakan untuk membangun payung-payung besar di atas menara lampu. Payung-payung ini akan secara otomatis terbuka pukul setengah tujuh pagi dan akan terturup kembali pukul enam sore.

Ketika payung sudah terbuka sempurna, secara perlahan lampu-lampu di tiang-tiang pun perlahan mati, disusul oleh lampu di menara-menara dan juga di masjid. Sekedar info, kata ketua rombongan saya, energi listrik yang dipakai di Masjid Nabawi itu besar banget, dan katanya sih setara dengan total energi listrik yang dipakai di pulau Jawa! Wow, kira-kira berapa puluh ribu watt ya?

Terus katanya lagi, semua generator listrik dan mesin-mesin ac yang dipakai ternyata tidak ditaruh sekitar 1 kilometer dari masjid Nabawi, salah satu alasannya adalah agar suara bising yang mungkin dihasilkan dari alat-alat tersebut tidak mengganggu kekhusyukan ibadah orang di sini.

Setelah itu kami langsung berjalan. Pertama kami melewati makam Rasulullah dari sisi luar sambil mengucap salam dan mendoakan beliau, tapi kami tak bisa lama-lama di sana karena askar akan segera datang mengusir. Loh kenapa diusir? Memangnya kita tidak boleh mendoakan Rasul? Tentu saja boleh, tapi askar sengaja ditempatkan di sini salah satunya agar orang-orang yang berdoa itu tidak menghadap makam Rasul, yang bener kan berdoa itu menghadap kiblat, ya kan?

Tak jauh dari sisi luat makam Rasulullah, ada pintu masuk raudhah laki-laki dan di sisi sebaliknya  ada pintu yang katanya tak pernah ditutup sekali pun. Dan ternyata pintu ini dulunya adalah pintu dari rumah Abu Bakar. Kenapa tidak pernah ditutup? Katanya sih waktu dulu Abu Bakar memang sengaja membiarkan pintu rumahnya terbuka agar beliau mudah untuk pergi shalat ke Masjid Nabawi. Karena perluasan, rumah Abu Bakar pun akhirnya menjadi bagian dari Masjid Nabawi, seperti halnya makam beliau, Rasulullah, dan juga Umar.

Berjalan lagi akhirnya kami tiba di pintu gerbang menuju pemakaman baqi, tempat para sahabat dan istri Rasul (selain Aisyah) dimakamkan. Ada sekitar 1000 orang yang dimakamkan di sini dan bentuknya juga tak jauh beda dengan pemakaman uhud hanya saja di sini ada jalan setapaknya, sehingga peziarah bisa masuk. Hanya laki-laki yang boleh masuk sini, sedangkan yang perempuan hanya bisa sampai di pintu gerbang saja.

Para ibu akhirnya diajak untuk pergi ke pameran ’99 Nama Allah’ yang terletak di sisi selatan pemakaman baqi tadi. Begitu sampai, kami langsung disambut oleh guide yang ternyata orang Indonesia yang langsung mengantarkan kami keliling pameran. Intinya, di pameran itu kami kembali diingatkan Maha Besarnya Allah dalam menciptakan alam dan segala isinya ini melalui video-video dan juga foto-foto yang menjelaskan arti dari 99 nama Allah.

Usai mengunjungi pameran, kami diajak berkeliling lagi, kali ini sedikit keluar dari masjid. Ternyata di dekat sana ada tiga masjid lain. Masjid yang pertama namanya masjis ghamaamah atau sering juga disebut masjid mendung. Kenapa begitu? Karena ternyata dulu Rasul selalu melaksanakan shakat isti’kha atau shalat minta hujan di masjid ini.

20150903_072408
Masjid Ghamaamah atau Masjid Mendung

Tak jauh dari sana, ada masjid Abu Bakar. Masjid ini dulunya dipakai untuk keperluan shalat ‘ied pada zaman pemerintahan Abu Bakar. Dan masjid yang ketiga adalah masjid Ali, yang dulu juga digunakan untuk keperluan shalat ‘ied di zaman pemerintahan Ali. Ketiga masjid ini sudah tidak dipakai untuk shalat lagi karena masjid ini hanya sebagai monumen sekaligus menjadi peninggalan bersejarah di sekitar masjid nabawi. Saat ini, seluruh kegiatan shalat semuanya dipusatkan di masjid nabawi.

Wah, tak terasa sudah jam setengah sepuluh. Saya langsung mengajak ibu saya untuk pergi membeli shawarma untuk sarapan, memberi makan untuk perut yang daritadi sudah keroncongan hehe.

***

P.s. Kalau ada salah info tolong dikasih tahu ya, makasih 🙂

Originally posted on my tumblr, arahmadini.tumblr.com