(Hanya sekedar ingin berbagi pengalaman saat menunaikan ibadah haji)
Note : Mohon maaf bila terdapat banyak typo karena saya mengetik tulisan ini dengan handphone, bukan laptop. Silakan dishare, tapi tolong jangan lupa cantumkan sumbernya yaa terima kasih 🙂
[Diary Haji] Day 0 : Awal Perjalanan
Bekasi, 30 Agustus 2015
Assalamualaikum
Halo, saya Yunda, 19 tahun, tinggal di Bandung. Alhamdulillah saya dan keluarga saya bisa menunaikan ibadah haji tahun ini, Insya Allah. Doakan kami jadi haji mabrur ya 🙂
Pagi tadi kami sudah harus berkumpul di Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) masing-masing jam 6 pagi untuk acara pelepasan dan briefing teknis singkat. Saya ingat ketua rombongan saya berkali-kali mengingatkan bahwa ini bukanlah perjalanan biasa seperti mau berwisata, tapi perjalanan ini membutuhkan jauh lebih dari itu. Kalau kata Tere Liye di novelnya, ‘Rindu’, seseoramg tidak akan bisa menempuh perjalanan haji jika ia tidak ikhlas, tidak sabar, dan tidak melapangkan hatinya.
Jam 7 pagi kami memasuki bis masing-masing dan menuju mapolda untuk dilepas oleh kementrian agama kota Bandung. Setelah mendengarkan ceramah dan sebagainya, akhirnya sekitar jam 10 kami dilepas menuju embarkasi Bekasi yang memakan waktu sekitar 4 jam termasuk istirahat shalat dan makan siang di Purwakarta.
Kesabaran kami semua rupanya sudah mulai diuji sejak memasuki embarkasi. Saat itu kami disuruh memasuki aula yang pintunya sangat kecil dan jumlahnya hanya ada dua, untuk perempuan, dan laki-laki. Sebenarnya, kalau semua orang mau mengantri dengan tertib, jelas tidak akan ada masalah, tapi yaaa tetap saja ada yang saling serobot, dorong-mendorong, terutama ibu-ibu hehe. Bayangkan, 444 orang berdesak-desakan masuk pintu, bisa terbayang kan chaosnya seperti apa?
Saya kadang suka kasian terutama sama yang sudah sepuh atau harus naik kursi roda dan pake tongkat. Jadi biasanya saya mengalah, masuk paling terakhir, yang penting kan bisa masuk hehe.
Setelah akhirnya bisa masuk aula, panitia penyelenggara di embarkasi rupanya menjelaskan bahwa setelah ini akan ada tes kesehatan dan tes kehamilan untuk ibu-ibu (ibu-ibu yang usia kehamilannya masih 0-3 bulan atau yang sudah 5-9 bulan tidak boleh berangkat haji) dan dilanjut dengan pembagian kamar. Saya mengira saya akan sekamar dengan ibu saya dan juga ibu-ibu lain yang satu regu, tapi ternyata tidak karena kamarnya dibagi bedasarkan usia. Jadi ibu saya dapat kamar di lantai 3, saya di lantai 4.
Masuk ke kamar, saya sempat canggung, karena teman sekamar saya ibu-ibu sosialita muda semua haha. Kenapa saya bisa bilang begitu? Karena waktu saya masuk, mereka sedamg rebutan charger agar bisa menyalakan handphoneny demi chatting atau update status 🙂
Oiya, satu kamar ini isinya delapan orang, kasurnya sendiri berupa ranjang susun tingkat seperti di asrama-asrama kebanyakan. Teman-teman sekamar saya kebanyakan banyak yang baru menikah satu-dua tahun meskipun ada dua orang yang belum menikah dan beramgkat haji bersama ibu atau bapaknya.
Di embarkasi ini memang tidak ada agenda khusus hanya saja saat itu kami memang menunggu waktu kapan dibagikannya paspor dan visa yang alhamdulillah tidak ada masalah. Namun, ketika kami menunggu sampai jam 10 malam dan belum ada kabar kapan pembagian paspor dimulai, hampir semua orang memutuskan untuk tidur agar besoknya bisa bangun pagi untuk tahajud, termasuk saya dan semua teman kamar. Kami langsung naik ke ranjang masing-masing dan tidur nyenyak.
10 menit kemudian…
“Pengumuman, bagi calon haji kloter 24 dari Bandung, harap segera menuju aula untuk pembagian paspor”
Saya, setengah sadar, secara tak sadar berpikir begini, ‘ah, itu bagian dari mimpi kan ya? Ya udah deh lanjut lagi tidurnya”
DOK DOK DOK
“BANGUN BU BANGUUUN!!!”
Saya langsung terbangun ketika mendengar petugas membangunkan kami sambil mengedor pintu keras-keras. Oh, ternyata pengumuman tadi benar adanya.
Kami semua langsung bersiap menuju aula sambil berusaha menahan kantuk yang luar biasa. Apalagi ternyata pembagian paspornya cukup lama, sekitar 2 jam, karena kami juga dibagi gelang identitas, dan juga diberi penjelasan tentang isi buku paspor dan visa, bahkan meletakkan buku paspor dalam tas juga diatur agar besok saat mau berangkaf gampang mengambilnya.
Akhirnya, setelah beres, kami kembali ke kamar untuk melanjutkan istirahat yang terganggu tadi.
***
Keesokan harinya, karena ada yang bilang jam 8 sudah harus siap, jadi saya langsung buru-buru mengemasi barang. Tapi ternyata sampai jam 8 belum ada pengumuman. Jadi, teman sekamar saya yang sosialita muda itu mengajak kami semua selfie (dia juga bawa tongsis lo). Saya sampai heran, kok kepikiran ya mau haji bawa tongsis hehehe. Tadinya saya menolak ikut, tapi ujung-ujungnya akhirnya saya dipaksa ikut, ya sudahlah ya itung-itung buat kenang-kenangan hehe.
Oiya saya lupa cerita, sebelum berangkat ke embarkasi, ketua rombongan pernah bilang, untuk yang merokok kalau bisa coba ditahan atau paling tidak merokoknya ‘sembunyi-sembunyi’lah. Ya kali haji tapi merokok hehe.
Tapi, ya di embarkasi ini masih banyak bapak-bapak yang merokok sembarangan, bahkan di aula yang berAC pun begitu. Dan yang bikin saya kaget adalah, salah satu teman sekamar saya juga waktu itu merokok di beranda. Ibu-ibu lho! Saya sampai kaget sambil istighfar dalam hati.
Akhirnya setelah menunggu lama, jam setengah 11 kami disuruh berkumpul di depan aula. Saya kaget karena aula yang biasanya dipakai itu penuh dengan kursi, sekarang sudah disulap menjadi tempat check-in bandara, lengkap dengan logam detector dan juga x-ray. Semua petugas bandara dan imigrasi pun juga ada di sana, sehingga nanti saat di bandara kami tinggal masuk pesawat, horeeee.
Dan setelah check-in, kami langsung menuju bis yang akan mengantar kami ke bandara Halim. Dan…. begitu tiba kami langsung disambut pesawat Saudia yang akan membawa kami ke kota Madinah di Arab.
Jam 13.30 wib, GMT+7, kami pun berangkat.
Bismillahirrahmanirrahiim
Originally posted on my tumblr, arahmadini.tumblr.com